BAB I
PENDAHULUAN
Dengan
latar belakang kondisi bangsa Indonesia yang dicirikan oleh krisis multidimensi
dan keterpurukan dalam berbagai dimensi sementara sumber daya potensial bangsa
ini pun banyak sekali. Namun kondisii yang terasa adalah jauhnya kemakmuran, kesejahteraan dan
keadilan dari kehidupan bangsa Indonesia saat ini. Masalah yang komplek tidak
dimaksudkan sebagai tuduhan terhadap kinerja pemerintah namun lebih kepada
ajakan terhadap semua pihak untuk brsinergi dalam pemecahan masalah bangsa ini
secara langsung, berkelanjutan dan menyeluruh menuju Indonesia yang lebih baik.
Kajian
untuk memahami pendidikan karakter mengkaji secara khusus “ Apakah pendidikan
karakter itu? ”, “Bagaimana penerapan Pendidikan Karakter”,”Untuk apa
Pendidikan Karakter”,“ Mengapa pendidikan karakter perlu untuk membangun dan
mengeluarkan bangsa dari krisis multidimensi? ” dan “ karakter apa yang
diperlukan bangsa ini? “.
Makalah
ini saya susun dengan tujuan untuk menambah wawasan tentang Pendidikan
Karakter, meningkatkan pengetahuan mahasiswa / mahasiswi tentang Pendidikan
Karakter, memberi gambaran tentang karakter yang cocok dengan diri bangsa
Indonesia, memperinci pengetahuan akan Pendidikan Karakter dan untuk memenuhi
tugas akhir matakuliah Bahasa Indonesia. Makalah ini juga berisi eksplorasi
mengenai persamaan dan perbedaan istilah yang sering digunakan dalam Pendidikan
Karakter.
BAB II
PEMBAHASAN
v Pengertian
Pendidikan Karakter.
a. Apakah
Pendidikan Karakter?
Pendidikan
karakter merupakan sebuah istilah yang semakin hari semakin mendapat pengakuan
dari masyarakat Indonesia. Terlebih dengan dirasakannya berbagai ketimpangan
hasil pendidikan dilihat dari perilaku lulusan pendidikan formal saat ini.
Semuanya terasa lebih kuat ketika negara ini dilanda krisis dan tidak kunjung
beranjak dari krisis yang dialami.
Istilah pendidikan karakter masih jarang
didfinisikan oleh banyak kalangan. Kajian secara teoritis terhadap pendidikan
karakter yang salah dapat menyebabkan salah tafsir tentang makna pendidikan
karakter.
Ada beberapa
penafsiran tentang pendidikan karakter yang kurang benar telah
berkembang di kalangan masyarakat, di antaranya ialah :
1.
Pendidikan
Karakter : mata pelajaran agama dan PKn dan menjadi tanggung jawab guru agama
dan PKn di sekolah.
2.
Pendidikan
Karakter : mata pelajaran pendidikan budi pekerti.
3.
Pendidikan
Karakter : pendidikan yang menjadi tanggung jawab keluarga dan bukan tanggung
jawab sekolah.
4.
Pendidikan
Karakter : sebuah mata pelajaran baru dalam KTSP
5.
Dan
sebagainya.
Berbagai makna yang kurang tepat tentang
pendidikan karakter itu bermunculan dan menempati pemikiran banyak orang tua,
guru dan masyarakat umum.
Pendidikan Karakter, menurut Thomas
Lickona (1987) adalah pendidikan Budi
Pekerti Plus, yaitu pendidikan yang melibatkan tiga aspek teori pengetahuan
(Cognitive), perasaan (Feeling) dan tindakan (Action). Tanpa ketiga aspek tersebut
maka pendidikan karakter tidak akan efektif, dan pelaksanaanaya pun harus secara
sistematis dan berkelanjutan.
Menurut Ratna Megawangi (2004:95), “Sebuah usaha untuk mendidik anak – anak agar
dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktekkannya dalm kehidupan
sehari – hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada
lingkungannya”.
Definisi lainnya dikemukakan oleh Fakry
Gaffar (2010:1), “Sebuah proses
transformasi nilai – nilai kehidupan untuk ditumbuh kembangkan dalam
kepribadian seseorang sehingga menjadi satudalam perilaku kehidupan orang itu”
Dalam buku Pendidikan Karakter, Kajian
Teori dan Praktik di Sekolah (2011:5), “Pembelajaran
yang mengarah pada penguatan dan
pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai
tertentu yang dirujuk oleh sekolah”.
Saya juga mendefinisikan Pendidikan
Karakter adalah “Suatu pembelajaran yang
diarahkan pada penguatan dan pengembangan perilaku dan kepribadian seseorang”.
b. Sejarah
Munculnya Pendidikan Karakter.
Pendidikan Karakter dipakai secara
khusus dalam konteks pendidikan, dan baru muncul pada akhir abd ke-18, dan
untuk pertam kalinya dicetuskan oleh pedadog Jerman F.W Foerster. Terminologi
ini mengacu pada sebuah pendekatan idealis-spiritualis dalam pendidikan yang
juga dikenal dengan teori Pendidikan Normatif. Yang menjadi prioritas ialah
nilai – nilai teransenden yang dipercaya sebagai motor penggerak sejarah, baik
individu maupun bagi sebuah perubahan sosial. Namun sebenarnya Pendidikan
Karakter telah lama menjadi bagian inti sejarah pandidikan itu sendiri.
Lahirnya Pendidikan Karakter bisa
dikatakan sebagai sebuah usaha untuk menghidupkan kembali pedagogi
ideal-spiritual yang sempat hilang oleh Positivme
yang dipelopori oleh filsuf Perancis Auguste Comte. Foerster menolak gagasan
yangmeredusir pengalaman manusia pada sekedar bentuk murni hidup alamiah.
c. Hakikat
Pendidikan Karakter.
Pendidikan Karakter, alih –alih disebut
juga dengan Pendidikan Budi Pekerti, sebagai pendidikan nilai moralitas manusia
yamg disadari dan dilakukan dalam tindakan nyata. Disini ada unsur proses
pembentukan nilai tersebut dan sikap yang didasari pada pengetahuan mengapa
nilai itu dilakukan. Dan, semua nilai moralitas yang disadari dan dilakukan itu
bertujuan untuki membantu manusia menjadi manusia yang lebih utuh.nilai itu
adalah nilai yang membantu sesorang agar lebih baik hidup bersama orang lain
dan dunianya (Learning to Live Together)
untuk menuju kesempurnaa. Nilai itu menyangkut berbagai bidang kehidupan
seperti hubungan sesama, diri sendiri, hidup bernegara, alam dunia dan Tuhan.
Dalam penanamannya terdiri dari tiga unsur pengetahuan (Cognitive), perasaan (Afective)
dan perilaku (Pshycomotor).
d. Karakter,
Akhlak dan Moral.
Pada bagian ini ada saya akan mencoba
untuk menjelaskan tentang beberapa istilah yang mungkin dapat membuat pembaca
bingung seperti Budi Pekerti, Moral, Karakter, Akhlak dan Afeksi.
“Budi Pekerti” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996:150) diletakkan
dalam masukan “Budi” yang artinya :
(1) Alat batin yang merupakan panduan akal dan perasaan untuk menimbang baik
dan buruk; (2) Tabiat, Akhlak,Watak; (3) Perbuatan baik, kebaikan; (4) Daya
upaya, ikhtiar; (5) Akal (dalam arti kecerdikan menipu atau tipu daya). Maka
dapat di simpulkan bahwa Budi Pekerti yaitu tingkah laku, akhlak, watak. Namun
pada arti yang nomor lima diatas sangat jarang digunakan karena tidak pernah
Budi Pekerti dikait – kaitkan dengan kelakuan cerdik manipu.
“Moral” masih dari kamus yang sama (1996:665), didefinisikan sebagai
: (1) Ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap,
kewajiban, dan sebagainya; (2) Kondisi mental yang membuat orang tetap berani,
bersemangat, bergairah, berdisiplin, dan sebagainya; (3) Ajaran kesusilaan yang
dapat ditarik dari suatu cerita. Pada definisi nomor dua dapat dinyatakan
sebagai sebuah kondisi mental yang sudah menyerap suatu ajaran moral.
Kata
“Karakter” adalah istilah serapan
dari Bahasa Inggris “character”
Encarta Dictionaries (Microsoft Encarta 2008) menyatakan bahwa “Karakter” adalah kata benda yang
memiliki arti : (1) Kualitas – kualitas [embeda; (2) Kualitas – kualitas
positif; (3) Reputasi; (4) Seseorang dalam buku atau film; (5) Orang yang luar
biasa; (6) Individu yang ada kaitannya dengan kepribadian , tingkah laku atu
tampilan; (7) Huruf atau symbol; (8) Unit data computer. Arti pada nomor tujuh
dan delapan ini tidak relevan dengan kajian pendidikan karakter. Di samping itu
terdapat kata karakterisik (characteristic)
yang masih juga kata benda yang artinya “Fitur
(ciri) Pembatas” sebuah fitur
atau kualitas yang membuat seseorang atau suatu hal dapat dikenali. Kata sifat
untuk karakter adalah “Khas (typical)”
artinya adalah pembeda atau mewakili seseorang atau hal tertentu.
“Akhlak” secara etimologis dari bahasa arab yang
merupakan bentuk jamak dari Khuluq
yang berarti tingkah laku. Dari pengertian etimologis tersebut dapat
disimpulkan bahwa akhlak ialah aturan
atau norma perilaku yang perilaku manusia baik kepada sesama, Tuhan maupun alam
semesta.
Berdasarkan
kajian kamus diatas, merujuk pada :
ü Karakter dikenakan pada orang atau bukan orang, namun
dalam makalh ini berkenaan dengan orang.
ü Berkenaan dengan kualitas (bukan kuantitas) dan reputasi
seseorang.
ü Berkenaan dengan pembeda atau pembatas, membedakan atau
membatasi satu orang dengan orang lainnya.
ü Karakter dapat merujuk pada kualitas negatif atau
pisitif.
Kesimpulannya
bahwa “karakter” adalah sebuah kata
yang merujuk pada kualitas seseorang dengan karakteristik tertentu.
v Fungsi
Pendidikan Karakter.
Indonesia
saat ini sedang menghadapi dua tantangan besar, yaitu desentralisasi atau otoda
yang saat ini sudah dimulai dan era globalisasi pada tahun 2020. Kunci sukses
dalam menghadapi dua tantangan berat tersebut terletak pada kualitas Sumber
Daya Manusianya (SDM) Indonesia yang handal dan berbudaya, oleh karena itu,
peningkatan kualitas SDM sejak dini merupakan hal penting yang harus dipikirkan
secara sungguh – sungguh.
Maka
tidak perlu disangsikan lagi bahwa Pendidikan Karakter merupakan upaya yang
harus dilakukan oleh semua pihak baik keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Pembentukan dan Pendidikan Karakter tersebut tidak akan berhasil selama antar
lingkungan diatas tidak ada kesinambungan dan keharmonisan.
Pendidikan
Karakter pun hanya akan menjadi sekedar wacana jika tidak dipahami secara lebih
utuh dan menyeluruh dalam konteks pendidikan nasional. Bahkan, Pendidikan
Karakter yang dipahami secara parsial dan tidak tepat sasaran justru malah
bersifat kontraproduktif bagi pembentukan karakter. Pendekatan parsial yang
tidak didasari pendekatan pedagogi yang kokoh juga akan menjerumuskan pada
perilaku yang kurang bermoral.
v Dasar
Penerapan Pendidikan Karakter.
a. Ciri
Dasar Pendidikan Karakter.
Menurut
Foerster ada empat ciri dasar dalam Pendidikan Karakter yaitu. Pertama, keteraturan interior dimana
setiap tindakan diukur berdasarkan nilai
hierarkie. Kedua, koherensi yang
member keberanian, membuat seseorang teguh pada prinsip, tidak mudah terombang
ambing pada situasi baru atau takut akan resiko. Koherensi adalah dasar yang
membangun rasa percaya satu sama lain. Tidak adanya koherensi meruntuhkan
kredibilitas seseorang. Ketiga,
otonomi. Disitu seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi
nilai – nilai bagi pribadi. Keempat,
keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna
menginginkan apa yang dipandang baik, dan kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan
atas komitmen yang dipilih.
Kematangan
keempat karakter tersebut memungkinkan manusia melewati tahap individualitas
menuju personalitas. Menurutnya orang – orang modern sering mencampuradukkan
antara dua tersebut, antara independensi eksterior dan interior. Karakter
inilah yang menentukan performa seorang pribadi dalam segala tindakannya.
Berkaitan
dengan hal tersebut Lickona dkk (2007) menemukan sebelas prinsip agar
Pendidikan Karakter dapat berjalan secara efektif, ialah sebagai berikut :
1.
Kembangkan
nilai – nilai etika inti dan nilai – nilai kinerja pendukungnya sebagai fondasi
karakter yang baik.
2.
Definisikan
“Karakter” secara komprehensif yang
mencakup yang mencakup pikiran, perasaan dan perilaku.
3.
Gunakan
pendekatan yang komprehensif, disengaja dan proaktif dalam pengembangan
karakter.
4.
Ciptakan
komunitas sekolah yang penuh perhatian.
5.
Beri
siswa kesempatan untuk tindakan moral.
6.
Buat
kurikulum akademik yang bermakna dan menantang yang menghormati semua peserta
didik, mengembangkan karakter dan membantu siswa untuk berhasil.
7.
Usahakan
mendorong motivasi diri kerja.
8.
Libatkan
staf sekolah sebagai komunitas pembelajaran moral yang berbagi tanggung jawab
dalam Pendidikan Karakter upaya untuk mematuhi nilai – nilai inti yang sama dan
membimbing pendidikan siswa.
9.
Tumbuhkan
kebersamaan dalam kepemimpinan moral dan
dukungan jangka panjang bagi inisiatif Pendidikan Karakter.
10.
Libatkan keluarga dan anggota masyarakat
sebagai mitra dalam upaya pembangunan karakter.
11.
Evaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah
sebagai pendidik karakter dan sejauh mana siswa memanifestasikan karakter yang
baik.
b. Tiga
Basis Desain Penerapan Pendidikan Karakter.
Pendidikan Karakter jika ingin efektif dan utuh harus menyertakan Tiga
Basis Desain dalam pemrogramannya. Yaitu adalah :
Pertama, Pendidikan Karakter berbasis kelas.
Desain ini berbasis pada relasi guru sebagai pendidik dan siswa sebagai pesrta
didiknya, dan dilakukan dalam konteks pembelajaran.
Kedua, desain Pendidikan Karakter berbasis
kultur sekolah. Desain ini mencoba membangun kultur sekolah yang mampu
membentuk karakter anak didik dengan batuan pranata sosial sekolah agar nilai
tertentu terbentuk dalam diri siswa.
Ketiga, desain Pendidikan Karakter dengan
basis komunitas. Dalam mendidik, pihak sekolah tidak sendirian melainkan sosial
diluar pun turut serta dalam pembentukan karakter seseorang. Misalnya keluarga,
masyarakat umum dan negara.
v Karakter
yang Diperlukan Bangsa Indonesia.
a.
Langkah yang dapat diambil oleh pemerintah.
Tak
berbeda dengan seorang individu, sebuah negara pun memerlukan karakter yang
cocok guna menyesuaikan kepribadian dan sekaligus harga bdiri bangsa. Begitupun
dengan bangsa Indonesia.
Beberapa
langkah yang dapat diambil oleh pemerintah sebagai upaya membentuk karakter
bangsa :
1.
Menginternalisasikan
Pendidikan Karakter pada instansi pendidikan semenjak tingkat dini atau kanak –
kanak. Pendidikan Karakter yang dilakukan di instansi pendidikan dapat
dilakukan dengan selalu memberikan arahan mengenai konsep baik dan buruk sesuai
tahap perkembangan anak.
2.
Menanamkan
sebuah koordinasi gerakan revitalisasi kebangsaan bersama generasi muda, yang
diarahkan terutama pada penguatan ketahanan masyarakat dan bangsa terhadap
upaya nihilisasi pihak luar terhadap nilai – nilai budaya positif bangsa
Indonesia. Pemuda sendiri sebenarnya memiliki tiga peran penting dalam karakter
bangsa, antara lain :
a.
Pemuda
sebagai pembangun kembali karakter bangsa yang positif.
b.
Pemuda
sebagai pemberdaya karakter.
c.
Pemuda
sebagai perekayasa karakter sejalan dengan perlunya adaptifitas daya saing
untuk memperkuat ketahanan bangsa.
3.
Meningkatkan
daya saing bangsa dalam bentuk kemajuan IPTEK. Menurut Porter (dalam Rajasa;
2007),k pemahaman daya saing sebagai salah satu keunggulan yang dimiliki suatu
entitas dibandingkan dengan entitas lain.
4.
Menggunakan
media massa sebagai penyalur upaya pembangunan karakter bangsa.
b.
Pilar – pilar Pendidikan Karakter.
§
Enam
pilar menurut The Joseph Institute of Ehtnics
:
a)
Trustworties, bentuk karakter yang membuat seseorang menjadi berintegritas, jujur dan
loyal.
b)
Fairness,
bentuk karakter yang membuat seseorang memiliki pemikiran terbuka serta tidak
suka memanfaatkan orang lain.
c)
Caring,
bentuk karakter yang membuat seseorang memiliki kepedulian dan perhatian
terhadap orang lain maupun kondisi sosial lingkungan sekitar.
d)
Respect,
bentuk karakter yang membuat seseorang selalu menghargai dan menghormati orang
lain.
e)
Citizenship, bentuk karakter yang membuat seseorang sadar hukum dan peraturan serta
peduli terhadap lingkungan alam.
f)
Responsibility, bentuk karakter yang membuat seseorang bertanggung jawab, disiplin, dan
melakukan sesuatu dengan sebaik mungkin.
§
Sembilan
pilar yang berasal dari nilai – nilai luhur :
a)
Karakter
cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya.
b)
Kemandirian
dan tanggung jawab.
c)
Kejujuran
dan diplomatis.
d)
Hormat
dan santun.
e)
Dermawan,
suka tolong menolong dan bergotong royong.
f)
Percaya
diri dan pekerja keras.
g)
Kepemimpinan
dan keadilan.
h)
Baik
hati dan rendah diri.
i)
Toleransi,
kedamaian dan kesatuan.
§
Dua
belas Pilar Keutamaan Pendidikan Karakter menurut Doni Koesoema A (www.pendidikankarakter.org) adalah
sebagai berikut:
a)
Penghargaan terhadap tubuh
Penghargaan terhadap tubuh merupakan keutamaan fundamental yang perlu
dikembangkan dalam diri setiap orang. Penghargaan terhadap tubuh termasuk di
dalamnya kesediaan dan kemampuan individu menjaga dan merawat kesehatan jasmani
tiap individu. Kesehatan jasmani merupakan salah satu bagian penting bagi
pembentukan keutamaan. Pendidikan karakter mesti memprioritaskan tentang
bagaimana individu dapat menjaga tubuhnya satu sama lain, tidak merusaknya,
melainkan membuat keberadaan tubuh tumbuh sehat sesuai dengan perkembangan dan
pertumbuhan kodratnya. Penghargaan terhadap tubuh merupakan ekspresi diri
individu untuk menjadi perawat dan pelindung satu sama lain. Individu mesti
menumbuhkan dalam dirinya sendiri keinginan untuk merawat tubuh diri dan orang
lain, termasuk pertumbuhan psikologis dan emosionalnya.
b)
Transendental
Pengembangan keutamaan transendental, baik itu yang sifatnya religius,
keagamaan, maupun yang sublim, seperti kepekaan seni, apresiasi karya-karya
manusia yang membangkitkan refleksi serta kemampuan untuk memahami kebesaran
yang Illahi merupakan dasar bagi pengembangan pembentukan karakter. Setiap
individu dianugerahi kepekaan akan sesuatu yang lembut, halus, yang bekerja
secara rohani mendampingi manusia, kepekaan akan sesuatu yang adikodrati.
Kepekaan akan yang Kudus, yang transenden, yang baik, yang indah, baik itu
dalam diri manusia maupun di alam, merupakan salah satu sarana untuk membentuk
individu menjadi pribadi berkeutamaan.
c)
Keunggulan akademik
Keunggulan akademik adalah tujuan dasar sebuah lembaga pendidikan.
Keunggulan akademik berbeda dengan sekedar lulus ujian. Keunggulan akademik
mencakup di dalamnya, cinta akan ilmu, kemampuan berpikir kritis, teguh pada
pendirian, serta mau mengubah pendirian itu setelah memiliki pertimbangan dan
argumentasi yang matang, memiliki keterbukaan akan pemikiran orang lain, berani
terus menerus melakukan evaluasi dan kritik diri, terampil mengomunikasikan
gagasan, pemikiran, melalui bahasa yang berlaku dalam ruang lingkup dunia
akademik, mengembangkan rasa kepenasaranan intelektual yang menjadi kunci serta
pintu pembuka bagi hadirnya ilmu pengetahuan. Dari kecintaan akan ilmu inilah
akan tumbuh inovasi, kreasi dan pembaharuan dalam bidang keilmuan.
d)
Penguasaan diri
Penguasaan diri merupakan kemampuan individu untuk menguasai emosi dan
perasaannya, serta mau menundukkan seluruh dorongan emosi itu pada tujuan yang
benar selaras dengan panduan akal budi. Penguasaan diri termasuk di dalamnya
kesediaan mengolah emosi dan perasaan, mau menempatkan kecondongan rasa
perasaan sesuai dengan konteks dan tujuan yang tepat sebagaimana akal budi
membimbingnya. Penguasaan diri termasuk di dalamnya kemampuan individu dalam
menempatkan diri, bertindak dan berkata-kata secara bijak dalam ruang dan waktu
yang tertentu.
e)
Keberanian
Keberanian merupakan keutamaan yang memungkinkan individu mampu melakukan
sesuatu dan merelisasikan apa yang dicita-citakannya. Keberanian termasuk di
dalamnya kesediaan untuk berkorban demi nilai-nilai yang menjadi prinsip
hidupnya, tahan banting, gigih, kerja keras, karena individu tersebut memiliki
cita-cita luhur yang ingin dicapai dalam hidupnya. Keberanian merupakan
dorongan yang memungkinkan individu mewujudnyatakan dan merealisasikan
impiannya.
f)
Cinta kebenaran
Cinta akan kebenaran merupakan dasar pembentukan karakter yang baik, bukan
sekedar sebagai seorang pembelajar, melainkan juga sebagai manusia. Manusia
merindukan kebenaran dan dengan akal budinya manusia berusaha mencari,
menemukan dan melaksanakan apa yang diyakini sebagai kebenaran. Prinsip
berpegang teguh pada kebenaran mesti diterapkan bagi praksis individu maupun
dalam kehidupan bersama. Cinta akan kebenaran yang sejati memungkinkan
seseorang itu berani mengorbankan dirinya sendiri demi kebenaran yang
diyakininya. Sebab, keteguhan nilai-nilai akan kebenaran inilah yang menentukan
identitas manusia sebagai pribadi berkarakter.
g)
Terampil
Memiliki berbagai macam kompetensi dan keterampilan yang dibutuhkan, bagi
perkembangan individu maupun dalam kerangka pengembangan profesional menjadi
syarat utama pengembangan pendidikan karakter yang utuh. Memiliki kemampuan
dasar berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan, kompeten dalam bidang
yang digeluti merupakan dasar bagi keberhasilan hidup di dalam masyarakat.
Melalui kompetensinya ini seorang individu mampu mengubah dunia.
h)
Demokratis
Masyarakat global hidup dalam kebersamaan dengan orang lain. Ada kebutuhan
untuk saling membutuhkan, bahu membahu satu sama lain. Masyarakat tidak dapat
hidup secara tertutup sebab keterhubungan satu sama lain itu merupakan kondisi
faktual manusia. Karena itu, setiap individu mesti belajar bagaimana hidup
bersama, mengatur tatanan kehidupan secara bersama, sehingga inspirasi dan
aspirasi individu dapat tercapai. Demokrasi mengandaikan bahwa individu
memiliki otonomi dalam kebersamaan untuk mengatur kehidupannya sehingga individu
dapat bertumbuh sehat dalam kebersamaan. Demokrasi termasuk di dalamnya
pengembangan dan penumbuhan semangat kebangsaan.
i)
Menghargai perbedaan
Perbedaan adalah kodrat manusia. Menghargai perbedaan merupakan sikap
fundamental yang mesti ditumbuhkan dalam diri individu. Terlebih dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia, menghargai perbedaan mesti
ditumbuhkan dalam diri tiap individu, karena negara kita ini berdiri karena
para pendiri bangsa ini menghargai perbedaan, dan dalam perbedaan itu mereka
ingin mempersatukan kekuatan dan tenaga dalam membangun bangsa.
j)
Tanggung jawab
Tanggungjawab merupakan unsur penting bagi pengembangan pendidikan
karakter karena terkait dengan ekspresi kebebasan manusia terhadap dirinya
sendiri dan orang lain. Tanggung jawab ini memiliki tiga dimensi, yaitu
tanggungjawab kepada (relasi antara individu dengan orang lain), tanggungjawab
bagi (hubungan individu dengan dirinya sendiri), serta tanggungjawab terhadap
(hubungan individu terkait dengan tugas dan tanggungjawabnya di dalam
masyarakat).
k)
Keadilan
Bersikap adil, serta mau memperjuangkan keadilan adalah sikap dasar
pribadi yang memiliki karakter. Keadilan penting untuk diperjuangkan karena
manusia memiliki kecenderungan untuk antisosial. Untuk itulah diperlukan
komitmen bersama agar masing-masing individu dihargai. Dalam konteks hidup
bersama, keadilan menjadi jiwa bagi sebuah tatanan masyarakat yang sehat,
manusiawi dan bermartabat. Tanpa keadilan, banyak hak-hak orang lain dilanggar.
l)
Integritas moral
Integritas moral merupakan sasaran utama pembentukan individu dalam
pendidikan karakter. Integritas moral inilah yang menjadikan masing-masing
individu dalam masyarakat yang plural mampu bekerjasama memperjuangkan dan
merealisasikan apa yang baik, yang luhur, adil dan bermartabat bagi manusia,
apapun perbedaan keyakinan yang mereka miliki. Integritas moral memberikan
penghargaan utama terhadap kehidupan, harkat dan martabat manusia sebagai
makhluk ciptaan yang bernilai dan berharga apapun keadaan dan kondisinya.
Kehadiran individu yang memiliki integritas moral menjadi dasar bagi konstruksi
sebuah tatanan masyarakat beradab. Integritas moral muncul jika individu mampu
mengambil keputusan melalui proses pertimbangan rasional yang benar, dan
melaksanakannya dalam tindakan secara bijak, sesuai dengan konteks ruang dan
waktu tertentu. Integritas moral termasuk di dalamnya kemampuan individu untuk
membuat kebijakan praktis yang bermakna bagi hidupnya sendiri dan orang lain.
§ Lima pilar yang
bersumber dari Ideologi Pancasila :
Bila dikaji secara teliti dalam ideologi pancasila
sebenarnya juga terdapat poin – poin tentang karakter, yaitu :
a)
Transendensi, sadar bahwa
manusia merupakan ciptaan tuhan yang maha esa.
b)
Humanisasi, semua manusia
hakekatnya sama dimata tuhan yang maha esa.
c)
Kebinekaan, kesadaran akan
adanya banyak perbedaan di dunia, sehingga mampu menghargai dan menghormati
perbedaan tersebut.
d)
Liberasi, pembebasan
atas penindasan sesama manusia.
e)
Keadilan, keadilan
merupakan kunci kesejahteraan. Adil tidak berarti sama, tetapi proporsional.
c.
Karakter
Seorang Intelektual profetik.
§ Sadar sebagai makhluk ciptaan tuhan, dengan ini kita
harus mampu memahami keberadaan kita.
§ Cinta tuhan, orang yang
sadar akan keberadaan tuhan akan memunculkan rasa cinta terhadapnya.
§ Bermoral, jujur, saling
menghormati, tidak sombong, suka membantu dll. Itulah kiranya moral – moral
yang baik.
§ Pembelajar sejati, untuk dapat
memiliki wawasan yang luas, seseorang harus senantiasa belajar.
§ Mandiri, karakter ini
muncul dari penanaman nilai – nilai humanisasi dan liberasi.
§ Kontributif, karakter ini
merupakan cermin seorang pemimpin.
d.
Karakter PATRIOTISME
Bentuk konkret dari nilai patriotisme telah tercermin dalam perjalanan
kehidupan berbangsa dan bernegara dari waktu ke waktu bangsa kita. Pada tahun
1945 – 1950 indonesia telah menempuh periode perjuangan fisik.
Bila dikaji secara mendalam lagu – lagu pembakar semangat karya Ismail
Marzuki dan rekan komponis lainnya seperti Halo
– Halo Bandung, Sepasang Bola Mata dll. Dan puisi – puisi karya Chairil Anwar,
maka dapat disimpulkan bahwa patriotisme adalah totalitas karakter bangsa.
Patriotisme merupakan suatu tanggung jawab yang tidak pernah luntur dan
tidak kenal menyerah. Untuk dapat bertanggung jawab maka kita harus memiliki
integritas pribadi yang tinggi, perilaku terpuji dan kemampuan diri. Pendekatan
psikis untuk mencapai kondisi tersebut adalah dengan tetap mendalami dan
menghayati makna suatu atribut serta bersikap positif terhadap keberadaan
atribut tersebut.
BAB III
KESIMPULAN
Pendidikan Karakter sebenarnya merupakan element penting dalam membangun
kesuksesan baik suatu individu maupun suatu kelompok kecil bahkan kelompok
besar seperti negara sekalipun. Karakter merupakan sebuah fondasi atau bangunan
dasar dalam diri manusia. Maka kokoh tidaknya sesorang dalam mengarungi
kehidupan dunia tak luput dari kekokohan karakter yang terbentuk.
Uraian – uraian diatas disebutkan beberapa pilar yang dapat kita pakai
sebagai acuan dalam membentuk karakter kita. Bila benar – benar dikaji pilar –
pilar diatas mempunyai maksud yang sama yaitu membentuk karakter yang baik,
baik dalam segi kecerdasan, tingkah laku, maupun urusan agama. Mengapa dengan
urusan agama? Karena bila kita mengurus
urusan akhirat sudah pasti urusan dunia akan ikut, tapi bila mengurus urusan
dunia belum tentu urusan akhirat akan ikut.
Dengan adanya berbagai pilar – pilar maupun rekomendasi – rekomendasi lain
kita tak perlu mengikutinya satu per satu melainkan harus mengikuti secara
keseluruhan namun dengan cara yang dapat kita terima secara mudah, dengan kata
lain kita hanya mengikuti maksudnya saja atau bisa saja kita mengikuti salah
satu cara atau pilar yang menurut kita mudah untuk dilakukan selama itu tidak
menyimpang dari tujuan yang seharusnya.
QUOTES
"If there is a righteousness in the heart, there will be beauty in the character.
If there is is a beauty in the character, there will be a harmony in the home.
If there is harmony in the home, there will be order in the nation.
If there is order in the nation, there will be peace in the world."
(philips dalam
bukunya The Great Learning :2000)
“Kita tidak bisa mengajari orang apapun
Kita hanya bisa membantu mereka menemukannya di dalam diri mereka”
(Galileo Galilei)
“Kita tidak selalu bisa
membangun masa depan bagi generasi muda
Tapi kita bisa
membangun generasi muda untuk masa depan”.
( Franklin D Roosevelt)
“Menemukn diri sendiri
tujuan hidup adalah untuk mencapai kesempurnaan”
(Mahatma Gandhi)
“Pendidikan adalah upaya untuk memajukan budi pekerti (kekuatan batin,
karakter), pikiran dan jasmani anak didik”
(Ki Hajar Dewantara)
“We are what we repeatedly do. Excellence then, is not an
act, but a habit”
Yang membentuk
kepribadian kita adalah apa yang kita lakukan berulang kali. Karena itu,
kesempurnaan tidaklah dicapai dengan sebuah tindakan sekali saja, tetapi oleh
serangkaian kebiasaan baik yang kita lakukan berulang kali.
(Aristoteles)
“Karakter guru yang baik menentukan karakter bangsa”
(Dr. Muhammad Rohmadi)
DAFTAR PUSTAKA
Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan Karakter : Menjawab Tantangan
Krisis Multidimensional. Jakarta : Bumi Aksara.
Kesuma, Dharma; Triatna, Cepi dan
Permana, Johar. 2011. Pendidikan Karakter
: Kajian Teori dan Prakti di Sekolah. Bandung : Remaja Rosdakarya
Koesoema, Doni. Pilar Keutamaan Pendidikan Karakter. (http://www.pendidikankarakter.org) diakses pada 29 April 2012
Ilyas, Yunahar. 2011. Kuliah Akhlak. Yogyakarta : LPPI
Budiyono, Kabul. 2007. Nilai – Nilai Kepribadian dan Kejuangan
Bangsa Indonesia. Bandung : Alfabeta.
yoi bro.. sama sama..
BalasHapus