Sabtu, 20 April 2013

Makalah Pendidikan Karakter


BAB I
PENDAHULUAN
        Dengan latar belakang kondisi bangsa Indonesia yang dicirikan oleh krisis multidimensi dan keterpurukan dalam berbagai dimensi sementara sumber daya potensial bangsa ini pun banyak sekali. Namun kondisii yang terasa  adalah jauhnya kemakmuran, kesejahteraan dan keadilan dari kehidupan bangsa Indonesia saat ini. Masalah yang komplek tidak dimaksudkan sebagai tuduhan terhadap kinerja pemerintah namun lebih kepada ajakan terhadap semua pihak untuk brsinergi dalam pemecahan masalah bangsa ini secara langsung, berkelanjutan dan menyeluruh menuju Indonesia yang lebih baik.
        Kajian untuk memahami pendidikan karakter mengkaji secara khusus “ Apakah pendidikan karakter itu? ”, “Bagaimana penerapan Pendidikan Karakter”,”Untuk apa Pendidikan Karakter”,“ Mengapa pendidikan karakter perlu untuk membangun dan mengeluarkan bangsa dari krisis multidimensi? ” dan “ karakter apa yang diperlukan bangsa ini? “.
        Makalah ini saya susun dengan tujuan untuk menambah wawasan tentang Pendidikan Karakter, meningkatkan pengetahuan mahasiswa / mahasiswi tentang Pendidikan Karakter, memberi gambaran tentang karakter yang cocok dengan diri bangsa Indonesia, memperinci pengetahuan akan Pendidikan Karakter dan untuk memenuhi tugas akhir matakuliah Bahasa Indonesia. Makalah ini juga berisi eksplorasi mengenai persamaan dan perbedaan istilah yang sering digunakan dalam Pendidikan Karakter.

BAB II
PEMBAHASAN
v Pengertian Pendidikan Karakter.
a.     Apakah Pendidikan Karakter?
        Pendidikan karakter merupakan sebuah istilah yang semakin hari semakin mendapat pengakuan dari masyarakat Indonesia. Terlebih dengan dirasakannya berbagai ketimpangan hasil pendidikan dilihat dari perilaku lulusan pendidikan formal saat ini. Semuanya terasa lebih kuat ketika negara ini dilanda krisis dan tidak kunjung beranjak dari krisis yang dialami.
        Istilah pendidikan karakter masih jarang didfinisikan oleh banyak kalangan. Kajian secara teoritis terhadap pendidikan karakter yang salah dapat menyebabkan salah tafsir tentang makna pendidikan karakter.
         Ada beberapa  penafsiran tentang pendidikan karakter yang kurang benar telah berkembang di kalangan masyarakat, di antaranya ialah :
1.     Pendidikan Karakter : mata pelajaran agama dan PKn dan menjadi tanggung jawab guru agama dan PKn di sekolah.
2.     Pendidikan Karakter : mata pelajaran pendidikan budi pekerti.
3.     Pendidikan Karakter : pendidikan yang menjadi tanggung jawab keluarga dan bukan tanggung jawab sekolah.
4.     Pendidikan Karakter : sebuah mata pelajaran baru dalam KTSP
5.     Dan sebagainya.
Berbagai makna yang kurang tepat tentang pendidikan karakter itu bermunculan dan menempati pemikiran banyak orang tua, guru dan masyarakat umum.
Pendidikan Karakter, menurut Thomas Lickona (1987) adalah pendidikan Budi Pekerti Plus, yaitu pendidikan yang melibatkan tiga aspek teori pengetahuan (Cognitive), perasaan (Feeling) dan tindakan (Action). Tanpa ketiga aspek tersebut maka pendidikan karakter tidak akan efektif, dan pelaksanaanaya pun harus secara sistematis dan berkelanjutan.
Menurut Ratna Megawangi (2004:95), “Sebuah usaha untuk mendidik anak – anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktekkannya dalm kehidupan sehari – hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya”.
Definisi lainnya dikemukakan oleh Fakry Gaffar (2010:1), “Sebuah proses transformasi nilai – nilai kehidupan untuk ditumbuh kembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satudalam perilaku kehidupan orang itu”
Dalam buku Pendidikan Karakter, Kajian Teori dan Praktik di Sekolah (2011:5), “Pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan  pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah”.
Saya juga mendefinisikan Pendidikan Karakter adalah “Suatu pembelajaran yang diarahkan pada penguatan dan pengembangan perilaku dan kepribadian seseorang”.
b.    Sejarah Munculnya Pendidikan Karakter.
Pendidikan Karakter dipakai secara khusus dalam konteks pendidikan, dan baru muncul pada akhir abd ke-18, dan untuk pertam kalinya dicetuskan oleh pedadog Jerman F.W Foerster. Terminologi ini mengacu pada sebuah pendekatan idealis-spiritualis dalam pendidikan yang juga dikenal dengan teori Pendidikan Normatif. Yang menjadi prioritas ialah nilai – nilai teransenden yang dipercaya sebagai motor penggerak sejarah, baik individu maupun bagi sebuah perubahan sosial. Namun sebenarnya Pendidikan Karakter telah lama menjadi bagian inti sejarah pandidikan itu sendiri.
Lahirnya Pendidikan Karakter bisa dikatakan sebagai sebuah usaha untuk menghidupkan kembali pedagogi ideal-spiritual yang sempat hilang oleh Positivme yang dipelopori oleh filsuf Perancis Auguste Comte. Foerster menolak gagasan yangmeredusir pengalaman manusia pada sekedar bentuk murni hidup alamiah.
c.      Hakikat Pendidikan Karakter.
Pendidikan Karakter, alih –alih disebut juga dengan Pendidikan Budi Pekerti, sebagai pendidikan nilai moralitas manusia yamg disadari dan dilakukan dalam tindakan nyata. Disini ada unsur proses pembentukan nilai tersebut dan sikap yang didasari pada pengetahuan mengapa nilai itu dilakukan. Dan, semua nilai moralitas yang disadari dan dilakukan itu bertujuan untuki membantu manusia menjadi manusia yang lebih utuh.nilai itu adalah nilai yang membantu sesorang agar lebih baik hidup bersama orang lain dan dunianya (Learning to Live Together) untuk menuju kesempurnaa. Nilai itu menyangkut berbagai bidang kehidupan seperti hubungan sesama, diri sendiri, hidup bernegara, alam dunia dan Tuhan. Dalam penanamannya terdiri dari tiga unsur pengetahuan (Cognitive), perasaan (Afective) dan perilaku (Pshycomotor).
d.    Karakter, Akhlak dan Moral.
Pada bagian ini ada saya akan mencoba untuk menjelaskan tentang beberapa istilah yang mungkin dapat membuat pembaca bingung seperti Budi Pekerti, Moral, Karakter, Akhlak dan Afeksi.
“Budi Pekerti” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996:150) diletakkan dalam masukan “Budi” yang artinya : (1) Alat batin yang merupakan panduan akal dan perasaan untuk menimbang baik dan buruk; (2) Tabiat, Akhlak,Watak; (3) Perbuatan baik, kebaikan; (4) Daya upaya, ikhtiar; (5) Akal (dalam arti kecerdikan menipu atau tipu daya). Maka dapat di simpulkan bahwa Budi Pekerti yaitu tingkah laku, akhlak, watak. Namun pada arti yang nomor lima diatas sangat jarang digunakan karena tidak pernah Budi Pekerti dikait – kaitkan dengan kelakuan cerdik manipu.
“Moral” masih dari kamus yang sama (1996:665), didefinisikan sebagai : (1) Ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya; (2) Kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin, dan sebagainya; (3) Ajaran kesusilaan yang dapat ditarik dari suatu cerita. Pada definisi nomor dua dapat dinyatakan sebagai sebuah kondisi mental yang sudah menyerap suatu ajaran moral.
Kata “Karakter” adalah istilah serapan dari Bahasa Inggris “character” Encarta Dictionaries (Microsoft Encarta 2008) menyatakan bahwa “Karakter” adalah kata benda yang memiliki arti : (1) Kualitas – kualitas [embeda; (2) Kualitas – kualitas positif; (3) Reputasi; (4) Seseorang dalam buku atau film; (5) Orang yang luar biasa; (6) Individu yang ada kaitannya dengan kepribadian , tingkah laku atu tampilan; (7) Huruf atau symbol; (8) Unit data computer. Arti pada nomor tujuh dan delapan ini tidak relevan dengan kajian pendidikan karakter. Di samping itu terdapat kata karakterisik (characteristic) yang masih juga kata benda yang artinya “Fitur (ciri) Pembatas” sebuah fitur atau kualitas yang membuat seseorang atau suatu hal dapat dikenali. Kata sifat untuk karakter adalah “Khas (typical)” artinya adalah pembeda atau mewakili seseorang atau hal tertentu.
“Akhlak” secara etimologis dari bahasa arab yang merupakan bentuk jamak dari Khuluq yang berarti tingkah laku. Dari pengertian etimologis tersebut dapat disimpulkan  bahwa akhlak ialah aturan atau norma perilaku yang perilaku manusia baik kepada sesama, Tuhan maupun alam semesta.
Berdasarkan kajian kamus diatas, merujuk pada :
ü Karakter dikenakan pada orang atau bukan orang, namun dalam makalh ini berkenaan dengan orang.
ü Berkenaan dengan kualitas (bukan kuantitas) dan reputasi seseorang.
ü Berkenaan dengan pembeda atau pembatas, membedakan atau membatasi satu orang dengan orang lainnya.
ü Karakter dapat merujuk pada kualitas negatif atau pisitif.
Kesimpulannya bahwa “karakter” adalah sebuah kata yang merujuk pada kualitas seseorang dengan karakteristik tertentu.
v Fungsi Pendidikan Karakter.
Indonesia saat ini sedang menghadapi dua tantangan besar, yaitu desentralisasi atau otoda yang saat ini sudah dimulai dan era globalisasi pada tahun 2020. Kunci sukses dalam menghadapi dua tantangan berat tersebut terletak pada kualitas Sumber Daya Manusianya (SDM) Indonesia yang handal dan berbudaya, oleh karena itu, peningkatan kualitas SDM sejak dini merupakan hal penting yang harus dipikirkan secara sungguh – sungguh.
Maka tidak perlu disangsikan lagi bahwa Pendidikan Karakter merupakan upaya yang harus dilakukan oleh semua pihak baik keluarga, sekolah maupun masyarakat. Pembentukan dan Pendidikan Karakter tersebut tidak akan berhasil selama antar lingkungan diatas tidak ada kesinambungan dan keharmonisan.
Pendidikan Karakter pun hanya akan menjadi sekedar wacana jika tidak dipahami secara lebih utuh dan menyeluruh dalam konteks pendidikan nasional. Bahkan, Pendidikan Karakter yang dipahami secara parsial dan tidak tepat sasaran justru malah bersifat kontraproduktif bagi pembentukan karakter. Pendekatan parsial yang tidak didasari pendekatan pedagogi yang kokoh juga akan menjerumuskan pada perilaku yang kurang bermoral.
v Dasar Penerapan Pendidikan Karakter.
a.     Ciri Dasar Pendidikan Karakter.
Menurut Foerster ada empat ciri dasar dalam Pendidikan Karakter yaitu. Pertama, keteraturan interior dimana setiap tindakan  diukur berdasarkan nilai hierarkie. Kedua, koherensi yang member keberanian, membuat seseorang teguh pada prinsip, tidak mudah terombang ambing pada situasi baru atau takut akan resiko. Koherensi adalah dasar yang membangun rasa percaya satu sama lain. Tidak adanya koherensi meruntuhkan kredibilitas seseorang. Ketiga, otonomi. Disitu seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi nilai – nilai bagi pribadi. Keempat, keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna menginginkan apa yang dipandang baik, dan kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih.
Kematangan keempat karakter tersebut memungkinkan manusia melewati tahap individualitas menuju personalitas. Menurutnya orang – orang modern sering mencampuradukkan antara dua tersebut, antara independensi eksterior dan interior. Karakter inilah yang menentukan performa seorang pribadi dalam segala tindakannya.
Berkaitan dengan hal tersebut Lickona dkk (2007) menemukan sebelas prinsip agar Pendidikan Karakter dapat berjalan secara efektif, ialah sebagai berikut :
1.     Kembangkan nilai – nilai etika inti dan nilai – nilai kinerja pendukungnya sebagai fondasi karakter yang baik.
2.     Definisikan “Karakter” secara komprehensif yang mencakup yang mencakup pikiran, perasaan dan perilaku.
3.     Gunakan pendekatan yang komprehensif, disengaja dan proaktif dalam pengembangan karakter.
4.     Ciptakan komunitas sekolah yang penuh perhatian.
5.     Beri siswa kesempatan untuk tindakan moral.
6.     Buat kurikulum akademik yang bermakna dan menantang yang menghormati semua peserta didik, mengembangkan karakter dan membantu siswa untuk berhasil.
7.     Usahakan mendorong motivasi diri kerja.
8.     Libatkan staf sekolah sebagai komunitas pembelajaran moral yang berbagi tanggung jawab dalam Pendidikan Karakter upaya untuk mematuhi nilai – nilai inti yang sama dan membimbing pendidikan siswa.
9.     Tumbuhkan kebersamaan dalam kepemimpinan moral  dan dukungan jangka panjang bagi inisiatif Pendidikan Karakter.
10.                         Libatkan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam upaya pembangunan karakter.
11.                         Evaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai pendidik karakter dan sejauh mana siswa memanifestasikan karakter yang baik.
b.    Tiga Basis Desain Penerapan Pendidikan Karakter.
Pendidikan Karakter jika ingin efektif dan utuh harus menyertakan Tiga Basis Desain dalam pemrogramannya. Yaitu adalah :
Pertama, Pendidikan Karakter berbasis kelas. Desain ini berbasis pada relasi guru sebagai pendidik dan siswa sebagai pesrta didiknya, dan dilakukan dalam konteks pembelajaran.
Kedua, desain Pendidikan Karakter berbasis kultur sekolah. Desain ini mencoba membangun kultur sekolah yang mampu membentuk karakter anak didik dengan batuan pranata sosial sekolah agar nilai tertentu terbentuk dalam diri siswa.
Ketiga, desain Pendidikan Karakter dengan basis komunitas. Dalam mendidik, pihak sekolah tidak sendirian melainkan sosial diluar pun turut serta dalam pembentukan karakter seseorang. Misalnya keluarga, masyarakat umum dan negara.
v Karakter yang Diperlukan Bangsa Indonesia.
a.     Langkah yang dapat diambil oleh pemerintah.
Tak berbeda dengan seorang individu, sebuah negara pun memerlukan karakter yang cocok guna menyesuaikan kepribadian dan sekaligus harga bdiri bangsa. Begitupun dengan bangsa Indonesia.
Beberapa langkah yang dapat diambil oleh pemerintah sebagai upaya membentuk karakter bangsa :
1.     Menginternalisasikan Pendidikan Karakter pada instansi pendidikan semenjak tingkat dini atau kanak – kanak. Pendidikan Karakter yang dilakukan di instansi pendidikan dapat dilakukan dengan selalu memberikan arahan mengenai konsep baik dan buruk sesuai tahap perkembangan anak.
2.     Menanamkan sebuah koordinasi gerakan revitalisasi kebangsaan bersama generasi muda, yang diarahkan terutama pada penguatan ketahanan masyarakat dan bangsa terhadap upaya nihilisasi pihak luar terhadap nilai – nilai budaya positif bangsa Indonesia. Pemuda sendiri sebenarnya memiliki tiga peran penting dalam karakter bangsa, antara lain :
a.     Pemuda sebagai pembangun kembali karakter bangsa yang positif.
b.     Pemuda sebagai pemberdaya karakter.
c.      Pemuda sebagai perekayasa karakter sejalan dengan perlunya adaptifitas daya saing untuk memperkuat ketahanan bangsa.
3.     Meningkatkan daya saing bangsa dalam bentuk kemajuan IPTEK. Menurut Porter (dalam Rajasa; 2007),k pemahaman daya saing sebagai salah satu keunggulan yang dimiliki suatu entitas dibandingkan dengan entitas lain.
4.     Menggunakan media massa sebagai penyalur upaya pembangunan karakter bangsa. 
b.     Pilar – pilar Pendidikan Karakter.
§  Enam pilar menurut The Joseph Institute of Ehtnics :
a)     Trustworties, bentuk karakter yang membuat seseorang menjadi berintegritas, jujur dan loyal.
b)    Fairness, bentuk karakter yang membuat seseorang memiliki pemikiran terbuka serta tidak suka memanfaatkan orang lain.
c)     Caring, bentuk karakter yang membuat seseorang memiliki kepedulian dan perhatian terhadap orang lain maupun kondisi sosial lingkungan sekitar.
d)    Respect, bentuk karakter yang membuat seseorang selalu menghargai dan menghormati orang lain.
e)     Citizenship, bentuk karakter yang membuat seseorang sadar hukum dan peraturan serta peduli terhadap lingkungan alam.
f)      Responsibility, bentuk karakter yang membuat seseorang bertanggung jawab, disiplin, dan melakukan sesuatu dengan sebaik mungkin.
§  Sembilan pilar yang berasal dari nilai – nilai luhur :
a)     Karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya.
b)    Kemandirian dan tanggung jawab.
c)     Kejujuran dan diplomatis.
d)    Hormat dan santun.
e)     Dermawan, suka tolong menolong dan bergotong royong.
f)      Percaya diri dan pekerja keras.
g)     Kepemimpinan dan keadilan.
h)    Baik hati dan rendah diri.
i)       Toleransi, kedamaian dan kesatuan.
§  Dua belas Pilar Keutamaan Pendidikan Karakter menurut Doni Koesoema A (www.pendidikankarakter.org) adalah sebagai berikut:

a)     Penghargaan terhadap tubuh
Penghargaan terhadap tubuh merupakan keutamaan fundamental yang perlu dikembangkan dalam diri setiap orang. Penghargaan terhadap tubuh termasuk di dalamnya kesediaan dan kemampuan individu menjaga dan merawat kesehatan jasmani tiap individu. Kesehatan jasmani merupakan salah satu bagian penting bagi pembentukan keutamaan. Pendidikan karakter mesti memprioritaskan tentang bagaimana individu dapat menjaga tubuhnya satu sama lain, tidak merusaknya, melainkan membuat keberadaan tubuh tumbuh sehat sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan kodratnya. Penghargaan terhadap tubuh merupakan ekspresi diri individu untuk menjadi perawat dan pelindung satu sama lain. Individu mesti menumbuhkan dalam dirinya sendiri keinginan untuk merawat tubuh diri dan orang lain, termasuk pertumbuhan psikologis dan emosionalnya.
b)    Transendental
Pengembangan keutamaan transendental, baik itu yang sifatnya religius, keagamaan, maupun yang sublim, seperti kepekaan seni, apresiasi karya-karya manusia yang membangkitkan refleksi serta kemampuan untuk memahami kebesaran yang Illahi merupakan dasar bagi pengembangan pembentukan karakter. Setiap individu dianugerahi kepekaan akan sesuatu yang lembut, halus, yang bekerja secara rohani mendampingi manusia, kepekaan akan sesuatu yang adikodrati. Kepekaan akan yang Kudus, yang transenden, yang baik, yang indah, baik itu dalam diri manusia maupun di alam, merupakan salah satu sarana untuk membentuk individu menjadi pribadi berkeutamaan.
c)     Keunggulan akademik
Keunggulan akademik adalah tujuan dasar sebuah lembaga pendidikan. Keunggulan akademik berbeda dengan sekedar lulus ujian. Keunggulan akademik mencakup di dalamnya, cinta akan ilmu, kemampuan berpikir kritis, teguh pada pendirian, serta mau mengubah pendirian itu setelah memiliki pertimbangan dan argumentasi yang matang, memiliki keterbukaan akan pemikiran orang lain, berani terus menerus melakukan evaluasi dan kritik diri, terampil mengomunikasikan gagasan, pemikiran, melalui bahasa yang berlaku dalam ruang lingkup dunia akademik, mengembangkan rasa kepenasaranan intelektual yang menjadi kunci serta pintu pembuka bagi hadirnya ilmu pengetahuan. Dari kecintaan akan ilmu inilah akan tumbuh inovasi, kreasi dan pembaharuan dalam bidang keilmuan.
d)    Penguasaan diri
Penguasaan diri merupakan kemampuan individu untuk menguasai emosi dan perasaannya, serta mau menundukkan seluruh dorongan emosi itu pada tujuan yang benar selaras dengan panduan akal budi. Penguasaan diri termasuk di dalamnya kesediaan mengolah emosi dan perasaan, mau menempatkan kecondongan rasa perasaan sesuai dengan konteks dan tujuan yang tepat sebagaimana akal budi membimbingnya. Penguasaan diri termasuk di dalamnya kemampuan individu dalam menempatkan diri, bertindak dan berkata-kata secara bijak dalam ruang dan waktu yang tertentu.
e)     Keberanian
Keberanian merupakan keutamaan yang memungkinkan individu mampu melakukan sesuatu dan merelisasikan apa yang dicita-citakannya. Keberanian termasuk di dalamnya kesediaan untuk berkorban demi nilai-nilai yang menjadi prinsip hidupnya, tahan banting, gigih, kerja keras, karena individu tersebut memiliki cita-cita luhur yang ingin dicapai dalam hidupnya. Keberanian merupakan dorongan yang memungkinkan individu mewujudnyatakan dan merealisasikan impiannya. 
f)      Cinta kebenaran
Cinta akan kebenaran merupakan dasar pembentukan karakter yang baik, bukan sekedar sebagai seorang pembelajar, melainkan juga sebagai manusia. Manusia merindukan kebenaran dan dengan akal budinya manusia berusaha mencari, menemukan dan melaksanakan apa yang diyakini sebagai kebenaran. Prinsip berpegang teguh pada kebenaran mesti diterapkan bagi praksis individu maupun dalam kehidupan bersama. Cinta akan kebenaran yang sejati memungkinkan seseorang itu berani mengorbankan dirinya sendiri demi kebenaran yang diyakininya. Sebab, keteguhan nilai-nilai akan kebenaran inilah yang menentukan identitas manusia sebagai pribadi berkarakter.


g)     Terampil
Memiliki berbagai macam kompetensi dan keterampilan yang dibutuhkan, bagi perkembangan individu maupun dalam kerangka pengembangan profesional menjadi syarat utama pengembangan pendidikan karakter yang utuh. Memiliki kemampuan dasar berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan, kompeten dalam bidang yang digeluti merupakan dasar bagi keberhasilan hidup di dalam masyarakat. Melalui kompetensinya ini seorang individu mampu mengubah dunia.
h)    Demokratis
Masyarakat global hidup dalam kebersamaan dengan orang lain. Ada kebutuhan untuk saling membutuhkan, bahu membahu satu sama lain. Masyarakat tidak dapat hidup secara tertutup sebab keterhubungan satu sama lain itu merupakan kondisi faktual manusia. Karena itu, setiap individu mesti belajar bagaimana hidup bersama, mengatur tatanan kehidupan secara bersama, sehingga inspirasi dan aspirasi individu dapat tercapai. Demokrasi mengandaikan bahwa individu memiliki otonomi dalam kebersamaan untuk mengatur kehidupannya sehingga individu dapat bertumbuh sehat dalam kebersamaan. Demokrasi termasuk di dalamnya pengembangan dan penumbuhan semangat kebangsaan.
i)       Menghargai perbedaan
Perbedaan adalah kodrat manusia. Menghargai perbedaan merupakan sikap fundamental yang mesti ditumbuhkan dalam diri individu. Terlebih dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia, menghargai perbedaan mesti ditumbuhkan dalam diri tiap individu, karena negara kita ini berdiri karena para pendiri bangsa ini menghargai perbedaan, dan dalam perbedaan itu mereka ingin mempersatukan kekuatan dan tenaga dalam membangun bangsa.
j)       Tanggung jawab
Tanggungjawab merupakan unsur penting bagi pengembangan pendidikan karakter karena terkait dengan ekspresi kebebasan manusia terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Tanggung jawab ini memiliki tiga dimensi, yaitu tanggungjawab kepada (relasi antara individu dengan orang lain), tanggungjawab bagi (hubungan individu dengan dirinya sendiri), serta tanggungjawab terhadap (hubungan individu terkait dengan tugas dan tanggungjawabnya di dalam masyarakat).
k)    Keadilan
Bersikap adil, serta mau memperjuangkan keadilan adalah sikap dasar pribadi yang memiliki karakter. Keadilan penting untuk diperjuangkan karena manusia memiliki kecenderungan untuk antisosial. Untuk itulah diperlukan komitmen bersama agar masing-masing individu dihargai. Dalam konteks hidup bersama, keadilan menjadi jiwa bagi sebuah tatanan masyarakat yang sehat, manusiawi dan bermartabat. Tanpa keadilan, banyak hak-hak orang lain dilanggar.
l)       Integritas moral
Integritas moral merupakan sasaran utama pembentukan individu dalam pendidikan karakter. Integritas moral inilah yang menjadikan masing-masing individu dalam masyarakat yang plural mampu bekerjasama memperjuangkan dan merealisasikan apa yang baik, yang luhur, adil dan bermartabat bagi manusia, apapun perbedaan keyakinan yang mereka miliki. Integritas moral memberikan penghargaan utama terhadap kehidupan, harkat dan martabat manusia sebagai makhluk ciptaan yang bernilai dan berharga apapun keadaan dan kondisinya. Kehadiran individu yang memiliki integritas moral menjadi dasar bagi konstruksi sebuah tatanan masyarakat beradab. Integritas moral muncul jika individu mampu mengambil keputusan melalui proses pertimbangan rasional yang benar, dan melaksanakannya dalam tindakan secara bijak, sesuai dengan konteks ruang dan waktu tertentu. Integritas moral termasuk di dalamnya kemampuan individu untuk membuat kebijakan praktis yang bermakna bagi hidupnya sendiri dan orang lain.
§  Lima pilar yang bersumber dari Ideologi Pancasila :
Bila dikaji secara teliti dalam ideologi pancasila sebenarnya juga terdapat poin – poin tentang karakter, yaitu :
a)     Transendensi, sadar bahwa manusia merupakan ciptaan tuhan yang maha esa.
b)    Humanisasi, semua manusia hakekatnya sama dimata tuhan yang maha esa.
c)     Kebinekaan, kesadaran akan adanya banyak perbedaan di dunia, sehingga mampu menghargai dan menghormati perbedaan tersebut.
d)    Liberasi, pembebasan atas penindasan sesama manusia.
e)     Keadilan, keadilan merupakan kunci kesejahteraan. Adil tidak berarti sama, tetapi proporsional.
c.      Karakter Seorang Intelektual profetik.
§  Sadar sebagai makhluk ciptaan tuhan, dengan ini kita harus mampu memahami keberadaan kita.
§  Cinta tuhan, orang yang sadar akan keberadaan tuhan akan memunculkan rasa cinta terhadapnya.
§  Bermoral, jujur, saling menghormati, tidak sombong, suka membantu dll. Itulah kiranya moral – moral yang baik.
§  Pembelajar sejati, untuk dapat memiliki wawasan yang luas, seseorang harus senantiasa belajar.
§  Mandiri, karakter ini muncul dari penanaman nilai – nilai humanisasi dan liberasi.
§  Kontributif, karakter ini merupakan cermin seorang pemimpin.


d.     Karakter PATRIOTISME
Bentuk konkret dari nilai patriotisme telah tercermin dalam perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara dari waktu ke waktu bangsa kita. Pada tahun 1945 – 1950 indonesia telah menempuh periode perjuangan fisik.
Bila dikaji secara mendalam lagu – lagu pembakar semangat karya Ismail Marzuki dan rekan komponis lainnya seperti Halo – Halo Bandung, Sepasang Bola Mata dll. Dan puisi – puisi karya Chairil Anwar, maka dapat disimpulkan bahwa patriotisme adalah totalitas karakter bangsa.
Patriotisme merupakan suatu tanggung jawab yang tidak pernah luntur dan tidak kenal menyerah. Untuk dapat bertanggung jawab maka kita harus memiliki integritas pribadi yang tinggi, perilaku terpuji dan kemampuan diri. Pendekatan psikis untuk mencapai kondisi tersebut adalah dengan tetap mendalami dan menghayati makna suatu atribut serta bersikap positif terhadap keberadaan atribut tersebut.


BAB III
KESIMPULAN
Pendidikan Karakter sebenarnya merupakan element penting dalam membangun kesuksesan baik suatu individu maupun suatu kelompok kecil bahkan kelompok besar seperti negara sekalipun. Karakter merupakan sebuah fondasi atau bangunan dasar dalam diri manusia. Maka kokoh tidaknya sesorang dalam mengarungi kehidupan dunia tak luput dari kekokohan karakter yang terbentuk.
Uraian – uraian diatas disebutkan beberapa pilar yang dapat kita pakai sebagai acuan dalam membentuk karakter kita. Bila benar – benar dikaji pilar – pilar diatas mempunyai maksud yang sama yaitu membentuk karakter yang baik, baik dalam segi kecerdasan, tingkah laku, maupun urusan agama. Mengapa dengan urusan agama? Karena bila kita mengurus urusan akhirat sudah pasti urusan dunia akan ikut, tapi bila mengurus urusan dunia belum tentu urusan akhirat akan ikut.
Dengan adanya berbagai pilar – pilar maupun rekomendasi – rekomendasi lain kita tak perlu mengikutinya satu per satu melainkan harus mengikuti secara keseluruhan namun dengan cara yang dapat kita terima secara mudah, dengan kata lain kita hanya mengikuti maksudnya saja atau bisa saja kita mengikuti salah satu cara atau pilar yang menurut kita mudah untuk dilakukan selama itu tidak menyimpang dari tujuan yang seharusnya.

QUOTES

"If there is a righteousness in the heart, there will be beauty in the character.
If there is is a beauty in the character, there will be a harmony in the home.
If there is harmony in the home, there will be order in the nation.
If there is order in the nation, there will be peace in the world."
 (philips dalam bukunya The Great Learning :2000)
“Kita tidak bisa mengajari orang apapun
Kita hanya bisa membantu mereka menemukannya di dalam diri mereka”
(Galileo Galilei)
“Kita tidak selalu bisa membangun masa depan bagi generasi muda
Tapi kita bisa membangun generasi muda untuk masa depan”.
( Franklin D Roosevelt)
“Menemukn diri sendiri tujuan hidup adalah untuk mencapai kesempurnaan”
(Mahatma Gandhi)
“Pendidikan adalah upaya untuk memajukan budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran dan jasmani anak didik”
(Ki Hajar Dewantara)

“We are what we repeatedly do. Excellence then, is not an act, but a habit”
Yang membentuk kepribadian kita adalah apa yang kita lakukan berulang kali. Karena itu, kesempurnaan tidaklah dicapai dengan sebuah tindakan sekali saja, tetapi oleh serangkaian kebiasaan baik yang kita lakukan berulang kali.
(Aristoteles)
“Karakter guru yang baik menentukan karakter bangsa”
(Dr. Muhammad Rohmadi)


DAFTAR PUSTAKA
Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan Karakter : Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta : Bumi Aksara.
Kesuma, Dharma; Triatna, Cepi dan Permana, Johar. 2011. Pendidikan Karakter : Kajian Teori dan Prakti di Sekolah. Bandung : Remaja Rosdakarya
Koesoema, Doni. Pilar Keutamaan Pendidikan Karakter. (http://www.pendidikankarakter.org) diakses pada 29 April 2012
Ilyas, Yunahar. 2011. Kuliah Akhlak. Yogyakarta : LPPI
Budiyono, Kabul. 2007. Nilai – Nilai Kepribadian dan Kejuangan Bangsa Indonesia. Bandung : Alfabeta.

1 komentar: