Kamis, 02 Januari 2014

Makalah Metode Cerita Untuk Pembelajaran Bahasa Anak


Bab I
Pendahuluan
            Di dalam melakukan  upaya pembelajaran bahasa, khususnya untuk young learners bisa dikatakan lebih sulit dari learners yang lebih dewasa. Karena, anak-anak seumuran tersebut belum mampu mengendalikan konsentrasi mereka untuk menyerap ilmu secara maksimal. Karenanya diperlukan metode yang menarik dan mampu menarik perhatian young learners. Peran guru sangat penting untuk mengaplikasikan metode yang tepat untuk pembelajaran bahasa.
Ada beberapa metode yang menarik dalam pembelajaran yang mungkin perlu untuk di terapkan dalam pembelajaran. Diantaranya ialah lagu, puisi, permainan dan cerita. Di dalam makalah ini kami akan menjelaskan beberapa hal tentang metode pembelajaran dengan media cerita. Cerita merupakan suatu yang di sukai mayoritas oleh anak-anak. Maka demikianlah metode ini merupakan metode yang tepat dalam pembelajaran bahasa bagi anak-anak.
Ada banyak hal yang perlu diterapkan oleh guru dalam menggunakan media cerita untuk mendukung maksimalnya daya tangkap siswa. Selain itu beberapa hal mengenai cerita yang perlu diterapkan dalam pembelajaran. Diantaranya reading story, story telling dan  creating story. Dalam makalah ini kami membahas tentang Cerita untuk pembelajaran siswa, hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan media cerita, langkah penyajian cerita, reading story, story telling dan creating story.
Disusunnya makalah ini diharapkan mampu untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa/mahasiswi dalam mengembangkan metode-metode pembelajaran yang menarik untuk young learners, menambah wawasan tentang Cerita sebagai metode pembelajaran, sebagai referensi tugas presentasi kelompok 11 dan dan untuk memenuhi tugas matakuliah TEYL (Teaching English for Young Learners) yang diampu oleh ibu Umi Ma’tum M,Pd.


Bab II
Pembahasan
Seperti yang tertera di atas bahwa cerita merupakan suatu metode yang menarik dalam pembelajaran bahasa khususunya untuk young learners. Mempelajari bahasa dengan metode cerita dapat meningkatkan keterampilan menyimak siswa. Kegiatan pembelajaran metode cerita dapat berupa Reading Stories, Story Telling dan juga Creating Stories.
Cerita adalah deskripsi dari suatu kejadian atau peristiwa tentang seseorang atau suatu peristiwa yang dapat disampaikan dengan cara membacakan teks cerita kepada anak (Reading stories) dan mendongeng atau bercerita tanpa teks (Story Telling). Tak hanya anak usia sekolah dasar, anak yang lebih tua pun senang untuk mendengarkan dan menikmati cetita. Keterampilan menyimak dapat dipadukan dengan keterampilan bercerita, setelah menyimak suatu cerita siswa dapat diminta untuk menulis, meringkas, atau menceritakan kembali cerita dengan bahasa mereka sendiri. Dengan demikian metode bercerita mampu meng-cover empat keterampilan bahasa yaitu menyimak cerita (listening), membaca cerita (reading), setelah itu siswa didminta menjawab pertanyaan secara tertulis (writing) atau menceritakan kembali secara lisan (speaking).
Cerita merupakan pengalaman bahasa yang nyata. Seperti halnya dengan lagu, cerita dapat dikategorikan sebagai cerita yang bertujuan untuk menghibur atau membuat senang pendengarnya.tetapi juga dapat berdasar tujuan lain, misalnya memberikan pesan yang dapat dipakai sebagai nasihat atau pelajaran yang baik bagi orang lain. Cerita seperti ini memiliki unsur pendidikan atau memberi contoh yang baik.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan bila kita menggunakan media cerita sebagai bahan untuk kegiatan EYL. Diantaranya:
·         Apabila cerita dimaksudkan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, guru hendaknya memilih cerita dengan pengulangan-pengulangan kosakata atau pola kalimat ang menjadi tujuan pembelajaran.
·         Cerita untuk anak sebaiknya berorientasi pada hal-hal yang menarik perhatian anak, misalnya cerita tentang binatang, tentang orang yang disayangi, tentang kegiatan anak.
·         Isi cerita mudah dipahami siswa dengan alur cerita tidak terlalau rumit dan cerita tidak terlalu panjang. Oleh sebab itu, cerita sebaiknya disesuaikan dengan usia dan tingkat kemampuan berbahasa siswa.
·         Guru dapat membacakan cerita dengan menggunakan alat bantu ajar berupa Puppets, Gambar, Kaset Rekaman atau Bigbook.
·         Cerita sebaiknya dipadukan atau ditindak lanjuti dengan kegiatan lain, seperti teka-teki silang, kuis, bernyanyi atau bermain peran.
·         Kata kunci, tokoh dan fokus dalam cerita diperkenalkan terlebih dahulu agar siswa lebih mudah memahami isi cerita.
Bercerita atau mendongeng merupakan suatu pendekatan dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa. Dongeng sering dianggap memberikan manfaat dan merupakan kegiatan autentik yang popular dikalangan anak-anak (Pinter, 2006). Melalui kegiatan bercerita, anak-anak dapat belajar bahasa. Selain itu,bagi guru EYL kegiatan ini juga dapat dimanfaatkan sebagai latihan penggunaan bahasa yang menyenangkan. Selain untuk pengembangan bahasa, cerita dapat memberikan contoh-contoh kehidupan social yang positif. Untuk itu guru perlu memilih cerita yang sesai dengan situasi dan kondisi social setmpat.
Pada umunya, langkah penyajian cerita sebagai berikut:
·         Pembukaan, dengan kata-kata “Once upon a time…”  atau “One day….”.
·         Pengenalan pelaku dalam cerita dengan menyebut nama, memperkenalkan Puppet atau gambar pelaku.
·         Menyebut tempat dan waktu kejadian.
·         Guru melafalkan nama tokoh dan kata-kata kunci lalu siswa diminta melafalkan.
·         Menyampaikan peristiwa utama bagian demi bagian, bisa diulang-ulang dalam bentuk pertanyaan pada siswa, hal ini bertujuan untuk mengecek pemahaman siswa.
·         Memberi kesimpulan pada akhir cerita sebagai penutup.
·         Penutup dapat dapat berbentuk pertanyaan pada siswa tentang isi cerita atau minta siswa melanjutkan isi cerita menurut pendapat mereka masing-masing.

A.   Reading Stories.
Guru bercerita dengan bantuan buku atau Big books yang dipegang atau diletakkan diatas meja, kursi atau sebuah alat penyangga khusus. Biasanya, pada saat membaca guru menggunakan sebuah alat petunjuk (stick) untuk menunjuk kalimat yang sedang dibaca. Guru membaca sebagian, diulangi lagi, dan bertanya pada siswa untuk mengetahui apakah paham atau dapat mengikuti alur cerita.
Guru membaca tidak terlalu cepat dan apabila perlu berhenti sebentar, baru dilanjutkan membaca lagi. Selanjutnya, guru mengajukan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman siswa tentang isi atau alur cerita. Pada saat itu, guru dapat berhenti sebelum selesai membaca, untuk melihat apakah siswa bisa mengikuti cerita tersebut.
Membaca dengan menggunakan big book dilakukan untuk kelas rendah, kelas 1,2 dan 3 Sekolah Dasar, kerena siswa belum begitu terampil membaca. Guru membacakan cerita dengan lambat dari big book, yang teksnya ditulis dengan huruf besar da dilengkapi dengan gambar berukuran besar yang biasanya berwarna. Kegiatan membaca cerita tidak memerlukan alat bantu seperti puppet sebab biasanya big book sendiri sudah penuh gambar dan merupakan alat bantu yang benar-benar tepat untuk kegiatan semacam ini.


B.   Bercerita Tanpa Buku (Story Telling).
Guru bercerita dengan alat bantu Puppets atau gambar yang digantung di papan. Guru memanfaatkan intonasi, gerakan tangan, demonstrasi, dan mimik wajah pada waktu dia bercerita. Pada saat bercerita, guru dapat secara bebas menambah kata, mengubah atau mengulang kalimat atau ungkapan yang dianggap penting.
Sebaiknya, peragaan dilakukan berulang-ulang agar siswa lebih mudah memahami alur cerita. Pengulangan dapat berbenuk pertanyaan atau melanjutkan kalimat guru yang belum selesai. Kegiatan ini guru tidak membaca teks, tetapi menyampaikan isi cerita yang sudah dihafalkan sebelumnya. Dalam kegiatan ini, siswa bisa bisa dilibatkan, misalnya diminta menerka atau meneruskan cerita sesuai dengan daya kreasi mereka.
Dalam kegiatan bercerita tanpa membaca teks, guru dituntut benar-benar menguasai alur cerita dan pelaku-pelakunya. Dengan mengguanakan stick puppets sesuai pelaku cerita, guru dapat berinteraksi dengan anak-anak didiknya, bahkan anak-anak senang sekali bila mereka ikut terlibat langsung.
Story telling memiliki tujuan, antara lain untuk melatih keterampilan menyimak dan untuk melatih pemahaman mereka dalam mengikuti kegiatan listening.

C.   Creating Stories.
Kegiatan lain yang berkaitan dengan cerita adalah kegiatan yang dapat dilakukan untuk upper classes, yaitu membuat dongeng atau wacana bersama-sama dengan siswa. Kegiatan ini memerlukan penguasaan bahasa inggris siswa dengan cukup kosakata dan pola-pola kalimat bahasa inggris sederhana. Kegiatan membuat cerita bisa dilakukan secara individual atau berkelompok. Dalam kegiatan ini, diperlukan bantuan guru terutama untuk kebenaran bahasa dan alur ceritanya.
Membuat cerita bertujuan mendorong siswa untuk menulis tanpa merasa takut berbuat salah, terutama belajar menulis pada tahap awal. Selain itu, juga untuk menggali potensi siswa tentang pengalaman-pengalaman pribadi dan ide-idenya.
Creating stories merupakan kegiatan yang memerlukan proses dan waktu yang agak panjang. Pada kesempatan ini, siswa diajak berimajinasi dan membayangkan, serta mengingat pengalaman mereka. Dari pengalaman mereka, kita ajak untuk menuangkan apa yang mereka miliki ke dalam kalimat-kalimat sederhana sesuai kemampuan mereka. Wright,(1997) berpendapat bahwa apabila guru mau membantu siswa untuk menulis cerita, tentu anak-anakakan menanggapi dan menyambut dengan senang hati, serta mencoba melakukannya.
Kegiatan membuaat cerita dapat melalui tahap-tahap sebagai berikut:
·         Mengidentifikasi pengalaman siswa atau peristiwa khusus yang bisa membuat orang lain ingin tahu.
·         Membuat Bubble (gelembung kata) konsep atau ide yang akan dikembangkan dengan membuat bubble yang lebih kecil atau subkonsep.
·         Merangkaikan bubble menjadi satu kesatuan yang menghubungkan bagian-bagian kecil untuk saling bertautan dan membuat suatu kesatuan wacana yang utuh.
·         Membuat rencana untuk mengatur dan mengurutkan alir cerita sehingga mudah dipahami siswa.


Bab III
Kesimpulan
Cerita ialah salah satu media pembelajaran bahasa. Khususnya untuk young learners. Pembelajaran dengan media cerita dapat melalui Reading Stories bercerita dengan bantuan buku, Story Telling yaitu bercerita tanpa dengan membaca buku dan Creating Stories yaitu membuat dongeng atau wacana bersama-sama dengan siswa.


Daftar Pustaka

Suyanto, Kasihani K.E. 2008. English For Young Learners. Bumi Aksara:Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar