Bab I
Pendahuluan
Di
dalam melakukan upaya pembelajaran
bahasa, khususnya untuk young learners bisa dikatakan lebih sulit dari learners
yang lebih dewasa. Karena, anak-anak seumuran tersebut belum mampu
mengendalikan konsentrasi mereka untuk menyerap ilmu secara maksimal. Karenanya
diperlukan metode yang menarik dan mampu menarik perhatian young learners.
Peran guru sangat penting untuk mengaplikasikan metode yang tepat untuk
pembelajaran bahasa.
Ada
beberapa metode yang menarik dalam pembelajaran yang mungkin perlu untuk di
terapkan dalam pembelajaran. Diantaranya ialah lagu, puisi, permainan dan
cerita. Di dalam makalah ini kami akan menjelaskan beberapa hal tentang metode
pembelajaran dengan media cerita. Cerita merupakan suatu yang di sukai
mayoritas oleh anak-anak. Maka demikianlah metode ini merupakan metode yang
tepat dalam pembelajaran bahasa bagi anak-anak.
Ada
banyak hal yang perlu diterapkan oleh guru dalam menggunakan media cerita untuk
mendukung maksimalnya daya tangkap siswa. Selain itu beberapa hal mengenai
cerita yang perlu diterapkan dalam pembelajaran. Diantaranya reading story,
story telling dan creating story. Dalam
makalah ini kami membahas tentang Cerita untuk pembelajaran siswa, hal yang
perlu diperhatikan dalam menggunakan media cerita, langkah penyajian cerita,
reading story, story telling dan creating story.
Disusunnya
makalah ini diharapkan mampu untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa/mahasiswi dalam mengembangkan metode-metode
pembelajaran yang menarik untuk young learners, menambah wawasan tentang Cerita
sebagai metode pembelajaran, sebagai referensi tugas presentasi kelompok 11 dan
dan untuk memenuhi tugas matakuliah TEYL (Teaching English for Young Learners) yang diampu oleh ibu Umi
Ma’tum M,Pd.
Bab II
Pembahasan
Seperti
yang tertera di atas bahwa cerita merupakan suatu metode yang menarik dalam
pembelajaran bahasa khususunya untuk young learners. Mempelajari bahasa dengan
metode cerita dapat meningkatkan keterampilan menyimak siswa. Kegiatan
pembelajaran metode cerita dapat berupa Reading
Stories, Story Telling dan juga Creating
Stories.
Cerita
adalah deskripsi dari suatu kejadian atau peristiwa tentang seseorang atau
suatu peristiwa yang dapat disampaikan dengan cara membacakan teks cerita
kepada anak (Reading stories) dan mendongeng atau bercerita tanpa teks (Story
Telling). Tak hanya anak usia sekolah dasar, anak yang lebih tua pun senang
untuk mendengarkan dan menikmati cetita. Keterampilan menyimak dapat dipadukan
dengan keterampilan bercerita, setelah menyimak suatu cerita siswa dapat
diminta untuk menulis, meringkas, atau menceritakan kembali cerita dengan
bahasa mereka sendiri. Dengan demikian metode bercerita mampu meng-cover empat keterampilan bahasa yaitu
menyimak cerita (listening), membaca cerita (reading), setelah itu siswa
didminta menjawab pertanyaan secara tertulis (writing) atau menceritakan
kembali secara lisan (speaking).
Cerita
merupakan pengalaman bahasa yang nyata. Seperti halnya dengan lagu, cerita
dapat dikategorikan sebagai cerita yang bertujuan untuk menghibur atau membuat
senang pendengarnya.tetapi juga dapat berdasar tujuan lain, misalnya memberikan
pesan yang dapat dipakai sebagai nasihat atau pelajaran yang baik bagi orang
lain. Cerita seperti ini memiliki unsur pendidikan atau memberi contoh yang
baik.
Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan bila kita menggunakan media
cerita sebagai bahan untuk kegiatan EYL. Diantaranya:
·
Apabila cerita dimaksudkan untuk mencapai
tujuan pembelajaran tertentu, guru hendaknya memilih cerita dengan
pengulangan-pengulangan kosakata atau pola kalimat ang menjadi tujuan
pembelajaran.
·
Cerita untuk anak sebaiknya berorientasi pada
hal-hal yang menarik perhatian anak, misalnya cerita tentang binatang, tentang
orang yang disayangi, tentang kegiatan anak.
·
Isi cerita mudah dipahami siswa dengan alur
cerita tidak terlalau rumit dan cerita tidak terlalu panjang. Oleh sebab itu,
cerita sebaiknya disesuaikan dengan usia dan tingkat kemampuan berbahasa siswa.
·
Guru dapat membacakan cerita dengan
menggunakan alat bantu ajar berupa Puppets,
Gambar, Kaset Rekaman atau Bigbook.
·
Cerita sebaiknya dipadukan atau ditindak
lanjuti dengan kegiatan lain, seperti teka-teki silang, kuis, bernyanyi atau
bermain peran.
·
Kata kunci, tokoh dan fokus dalam cerita
diperkenalkan terlebih dahulu agar siswa lebih mudah memahami isi cerita.
Bercerita
atau mendongeng merupakan suatu pendekatan dalam pengajaran dan pembelajaran
bahasa. Dongeng sering dianggap memberikan manfaat dan merupakan kegiatan
autentik yang popular dikalangan anak-anak (Pinter, 2006). Melalui kegiatan
bercerita, anak-anak dapat belajar bahasa. Selain itu,bagi guru EYL kegiatan
ini juga dapat dimanfaatkan sebagai latihan penggunaan bahasa yang
menyenangkan. Selain untuk pengembangan bahasa, cerita dapat memberikan
contoh-contoh kehidupan social yang positif. Untuk itu guru perlu memilih
cerita yang sesai dengan situasi dan kondisi social setmpat.
Pada
umunya, langkah penyajian cerita sebagai berikut:
·
Pembukaan, dengan kata-kata “Once upon a time…” atau “One
day….”.
·
Pengenalan pelaku dalam cerita dengan
menyebut nama, memperkenalkan Puppet atau gambar pelaku.
·
Menyebut tempat dan waktu kejadian.
·
Guru melafalkan nama tokoh dan kata-kata
kunci lalu siswa diminta melafalkan.
·
Menyampaikan peristiwa utama bagian demi
bagian, bisa diulang-ulang dalam bentuk pertanyaan pada siswa, hal ini
bertujuan untuk mengecek pemahaman siswa.
·
Memberi kesimpulan pada akhir cerita sebagai
penutup.
·
Penutup dapat dapat berbentuk pertanyaan pada
siswa tentang isi cerita atau minta siswa melanjutkan isi cerita menurut
pendapat mereka masing-masing.
A.
Reading
Stories.
Guru
bercerita dengan bantuan buku atau Big
books yang dipegang atau diletakkan diatas meja, kursi atau sebuah alat
penyangga khusus. Biasanya, pada saat membaca guru menggunakan sebuah alat
petunjuk (stick) untuk menunjuk kalimat yang sedang dibaca. Guru membaca
sebagian, diulangi lagi, dan bertanya pada siswa untuk mengetahui apakah paham
atau dapat mengikuti alur cerita.
Guru
membaca tidak terlalu cepat dan apabila perlu berhenti sebentar, baru
dilanjutkan membaca lagi. Selanjutnya, guru mengajukan pertanyaan untuk
mengetahui pemahaman siswa tentang isi atau alur cerita. Pada saat itu, guru
dapat berhenti sebelum selesai membaca, untuk melihat apakah siswa bisa
mengikuti cerita tersebut.
Membaca
dengan menggunakan big book dilakukan untuk kelas rendah, kelas 1,2 dan 3
Sekolah Dasar, kerena siswa belum begitu terampil membaca. Guru membacakan cerita
dengan lambat dari big book, yang teksnya ditulis dengan huruf besar da
dilengkapi dengan gambar berukuran besar yang biasanya berwarna. Kegiatan
membaca cerita tidak memerlukan alat bantu seperti puppet sebab biasanya big
book sendiri sudah penuh gambar dan merupakan alat bantu yang benar-benar tepat
untuk kegiatan semacam ini.
B.
Bercerita
Tanpa Buku (Story Telling).
Guru
bercerita dengan alat bantu Puppets atau gambar yang digantung di papan. Guru
memanfaatkan intonasi, gerakan tangan, demonstrasi, dan mimik wajah pada waktu
dia bercerita. Pada saat bercerita, guru dapat secara bebas menambah kata,
mengubah atau mengulang kalimat atau ungkapan yang dianggap penting.
Sebaiknya,
peragaan dilakukan berulang-ulang agar siswa lebih mudah memahami alur cerita.
Pengulangan dapat berbenuk pertanyaan atau melanjutkan kalimat guru yang belum
selesai. Kegiatan ini guru tidak membaca teks, tetapi menyampaikan isi cerita
yang sudah dihafalkan sebelumnya. Dalam kegiatan ini, siswa bisa bisa
dilibatkan, misalnya diminta menerka atau meneruskan cerita sesuai dengan daya
kreasi mereka.
Dalam
kegiatan bercerita tanpa membaca teks, guru dituntut benar-benar menguasai alur
cerita dan pelaku-pelakunya. Dengan mengguanakan stick puppets sesuai pelaku
cerita, guru dapat berinteraksi dengan anak-anak didiknya, bahkan anak-anak
senang sekali bila mereka ikut terlibat langsung.
Story
telling memiliki tujuan, antara lain untuk melatih keterampilan menyimak dan
untuk melatih pemahaman mereka dalam mengikuti kegiatan listening.
C.
Creating
Stories.
Kegiatan
lain yang berkaitan dengan cerita adalah kegiatan yang dapat dilakukan untuk upper classes, yaitu membuat dongeng
atau wacana bersama-sama dengan siswa. Kegiatan ini memerlukan penguasaan
bahasa inggris siswa dengan cukup kosakata dan pola-pola kalimat bahasa inggris
sederhana. Kegiatan membuat cerita bisa dilakukan secara individual atau
berkelompok. Dalam kegiatan ini, diperlukan bantuan guru terutama untuk
kebenaran bahasa dan alur ceritanya.
Membuat
cerita bertujuan mendorong siswa untuk menulis tanpa merasa takut berbuat
salah, terutama belajar menulis pada tahap awal. Selain itu, juga untuk menggali
potensi siswa tentang pengalaman-pengalaman pribadi dan ide-idenya.
Creating
stories merupakan kegiatan yang memerlukan proses dan waktu yang agak panjang.
Pada kesempatan ini, siswa diajak berimajinasi dan membayangkan, serta
mengingat pengalaman mereka. Dari pengalaman mereka, kita ajak untuk menuangkan
apa yang mereka miliki ke dalam kalimat-kalimat sederhana sesuai kemampuan
mereka. Wright,(1997) berpendapat bahwa apabila guru mau membantu siswa untuk
menulis cerita, tentu anak-anakakan menanggapi dan menyambut dengan senang
hati, serta mencoba melakukannya.
Kegiatan
membuaat cerita dapat melalui tahap-tahap sebagai berikut:
·
Mengidentifikasi pengalaman siswa atau
peristiwa khusus yang bisa membuat orang lain ingin tahu.
·
Membuat Bubble
(gelembung kata) konsep atau ide yang akan dikembangkan dengan membuat
bubble yang lebih kecil atau subkonsep.
·
Merangkaikan bubble menjadi satu kesatuan
yang menghubungkan bagian-bagian kecil untuk saling bertautan dan membuat suatu
kesatuan wacana yang utuh.
·
Membuat rencana untuk mengatur dan
mengurutkan alir cerita sehingga mudah dipahami siswa.
Bab III
Kesimpulan
Cerita
ialah salah satu media pembelajaran bahasa. Khususnya untuk young learners.
Pembelajaran dengan media cerita dapat melalui Reading Stories bercerita
dengan bantuan buku, Story Telling yaitu bercerita tanpa dengan membaca buku dan Creating
Stories yaitu membuat
dongeng atau wacana bersama-sama dengan siswa.
Daftar Pustaka
Suyanto, Kasihani K.E. 2008.
English For Young Learners. Bumi
Aksara:Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar